MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR BAB 2
Disusun oleh :
Immanuel Charles V.M :
13118282
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga makalah ilmu sosial dan budaya dasar ini dapat tersusun dengan baik.
Makalah ini di buat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
ilmu budaya dasar (IBD).
Kami sampaikan terimakasih kepada dosen dan
semua pihak yang senantiasa membantu demi kelancaran makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan belum sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran dari pihak manapun senantiasa akan kami terima untuk
menjadikan makalah ini sesuai dengan harapan. Semoga makalah ini mendapat
perhatian dan bermanfaat bagi mahasiswa dan pembaca pada umunya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dan kebudayaan
merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan
ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan YME ciptaan yang paling sempurna
menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikanya secara turun temurun.
Budaya tercipta dari kegiatan sehari-hari dan juga dari kegiatan-kegiatan yang
sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Manusia memiliki
kehidupan yang sangat rumit, mereka tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu
mereka pasti memiliki hubungan dengan segala sesuatu di dalam ruang lingkup
hidupnya, baik itu hubungan dengan sang pencipta, sesama manusia, lingkungan
sekitarnya maupun dengan mahluk lain di alam ini. Semua aspek relasi hidup
tersebut haruslah terpenuhi secara merata.
Tentunya manusia perlu
beradaptasi dengan keadaan lingkungan hidup di sekitarnya karena itu merupakan
tahap awal pembelajaran untuk dapat menjadi pribadi yang berkualitas. Dimulai
dari pemahaman tentang norma dan nilai yang berlaku sampai kepada ilmu pengetahuan
yang luas.
Sosialisasi antara sesama
manusia yang berwawasan akan membentuk suatu kebudayaan. Kebudayaan tersebut
akan menjadi suatu bukti perkembangan hidup manusia.
Manusia merupakan salah
satu dari mahluk hidup yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan hidup sekitarnya, baik secara vertikal (genetika,tradisi) maupun
horizontal (geografik, fisik, dan social), setiap manusia memiliki banyak
kebutuhan untuk bertahan hidup. Kebutuhan-kebutuhan tersebut didapatkan dari
lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan memegang peranan yang penting dalam
kehidupan manusia.
Manusia sebagai makhluk
hidup yang paling sempurna, melebihi ciptaan Tuhan yang lain. Manusia
terdiri dari jiwa dan raga yang dilengkapi dengan akal pikiran serta hawa nafsu.
menanamkan akal dan pikiran kepada manusia agar dapat digunakan untuk kebaikan
mereka masing – masing dan untuk orang di sekitar mereka. Manusia diberikan
hawa nafsu agar mampu tetap hidup di bumi ini. Salah satu hakekat manusia
lainnya ialah manusia sebagai makhluk sosial, hidup berdampingan satu sama
lain, berinteraksi dan saling berbagi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang
terkandung dalam makalah ini meliputi:
1. Pengertian Manusia dan Hakekat manusia
2. Apa
saja unsur-unsur yang membangun manusia?
3. Bagaimanakan
kepribadian bangsa Timur?
4. Apa yang
dimaksud dengan kebudayaan?
5. Apa
sajakah unsur-unsur kebudyaan?
6. Bagaimanakah
kaitan manusia dengan kebudayaan?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas yang diberikan kepada penulis dan juga sebagai pembelajaran
bagi penulis. Disamping itu, penulisan makalah ini juga diharapkan untuk :
1. Dapat mengetahui apa itu manusia dan hakekat manusia.
2. Dapat mengetahui apa saja unsur-usnur yang membangun manusia.
3. Dapat memahami tentang bagaimana kepribadian bangsa Timur.
4. Dapat Mengetahui apa yang dimaksud dengan kebudayaan.
5. Mengetahui apa saja unsur-unsur dari kebudayaan.
6. Dapat Mengetahui bagaimana kaitan manusia dengan kebudayaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manusia
Terdapat beberapa definisi manusia antara lain:
1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk
natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan
hakikat hakikat yg mulia.
2. Manusia adalah kemauan bebas.
3. Manusia adalah makhluk yg sadar.Kesadaran dalam arti bahwa
melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal,
menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa
masing-masing realita dan peristiwa.
4. Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia
adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan atas kehadirannya
sendiri ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
5. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya
ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam.
6. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini
berarti ia tidak pernah puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk
mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam
pergerakan dan evolusi manusia.
7. Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan
penting mengenai nilai.Nilai terdiri dari ikatan yg ada antara manusia dan
setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih tinggi
daripada motif manfaat timbul.
8. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai
esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala
yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg
independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam
menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami.
2.2
Hakekat manusia
Hakekat Manusia antara lain:
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab
atas tingkah laku intelektual dan sosial.
3. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam
usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia
lebih baik untuk ditempati.
6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas.
7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat.
8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama
lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat
kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
2.3 Unsur-unsur Manusia
Sebenarnya ada banyak sekali unsur-unsur yang
membangun manusia, namun dari sekian banyak unsur-unsur itu, di sederhanakan
menjadi 2 klasifikasi, yaitu:
1. Unsur Jasmani
Unsur jasmani adalah semua hal yang berhubungan dengan kebutuhan
fisik manusia, seperti makan, minum, dan lain – lain. Yang jika tidak di penuhi
maka akan berakibat buruk bagi manusia itu.
2. Unsur Rohani
Sedangkan unsure rohani adalah semua hal yang berhubungan dengan
kebutuhan rohani, atau hati manusia, seperti agama atau keyakinan, ketenangan
hati, rasa aman, rasa bahagia dan lain-lain.
Unsur-unsur lain yang membentuk manusia adalah :
1. Jasad : badan kasar manusia yang nampak pada luarnya, dapat
diraba dan difoto dan menempati ruang dan waktu.
2. Hayat : mengandung unsur hidup, yang ditndai dengan gerak.
3. Ruh : bimbingan dan pimpinan tuhan, daya yang bekerja secara
spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang
bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
4. Nafs : diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri
sendiri.
2.4 Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu
karakter yang mencerminkan masyarakat yang menganut budaya dari Timur (Asia
& Timur-Tengah), yang menunjukkan ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan
yang terdapat di daerah Timur.
Kepribadian bangsa timur pada umumnya
merupakan kepribadian yang mempunyai sifat tepo seliro atau memiliki sifat
toleransi yang tinggi. Dalam berdemokrasi bangsa timur umumnya aktif dalam
mengutarakan aspirasi rakyat. Seperti di negara Korea, dalam berdemokrasi
mereka duduk sambil memegang poster protes dan di negara Thailand, mereka
berdemokrasi dengan tertib dan damai.
Kepribadian bangsa timur juga identik dengan
tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam bergaul maupun dalam berpakaian.
Terdapat ciri khas dalam berbagai negara yang mencerminkan negara tersebut
memiliki suatu kepribadian yang unik. Misalnya masyarakat Indonesia khususnya
daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur kata dengan lembut dan sopan. Dan
terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak boleh dilakukan menurut versi
orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu suatu nasihat yang membangun.
Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal tersebut merupakan ciri khas
kepribadian yang unik.
Bangsa timur juga memiliki kebudayaan yang
masih kental dari negara atau daerah masing-masing. Masih ada adat-adat atau
upacara tertentu yang masih dilaksanakan oleh bangsa timur. Misalnya bangsa
Indonesia masih banyak yang melaksanakan upacara-upacara adat dan tarian khas
dari masing-masing daerah.
2.5 Kebudayaan
Kita sering mendengar kata kebudayaan baik
dalam pengertian yang sempit maupun dalam pengertian yang luas, baik dalam
pengertian orang awam maupun pengertian keilmuan.
1. Dalam
pengertian sempit kebudayaan seringkali diartikan sebagai adat tradisi atau
kebiasaan sehingga seringkali dicontohkan dengan upacara adat.
2. Dalam
pengertian luas kebudayaan dipahami sebagai cara manusia mengelola kehidupanya.
Contohnya : adaptasi masyarakat terhadap lingkungan alam
3. Menurut
Orang awam, dimana orang awam menyebutkan kesenian, rumah adat atau bangunan
kuno sebagai kebudayaan
4. Menurut
bahasa :
Bahasa Sansekerta : Budhayah yaitu bentuk
jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal
Bahasa Belanda : kata budaya berasal dari
kata cultuur
Bahasa Latin : Colera yang berarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani)
Bahasa Inggris : kata budaya berasal dari
kata culture
5. Menurut
para ilmuan :
Konsep kebudayaan pertama kali dikembangkan menjelang
akhir abad kesembilan belas, tokoh pertama yang memberikan definisi yang jelas
dan menyeluruh adalah E.B Taylor pada tahun 1871.
- Edward B. Taylor : Kebudayaan adalah kompleks
keseluruhan yang meliputi pengetahuan kepercayaan, kesenian, hukum, moral
kebiasaan, serta lain-lain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia.
- Ralp. Linton : Kebudayaan dalah sejumlah
total pengetahuan, sikap dan pola-pola tingkah laku yang dibiasakan, yang
dibagikan, dan ditransmisikan oleh anggota dari masyarakat tertentu.
- Kluchkhohn dan W.H. Kelly : Kebudayaan
adalah pola untuk hidup yang tercipta dalam sejarah yang emplisit, implisit,
rasional, irrasional yang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman-pedoman
yang potensial bagi tingkah laku manusia.
- Clifford Geertz : Kebudayaan adalah sistem
makna dan simbol yang diatur dalam rangka interaksi sosial.
- Kroeber : Kebudayaan adalah reaksi
motorik, kebiasaan, teknik, gagasan dan nilai yang dipelajari dan
ditransmisikan secara massal serta tingkah laku yang dipengaruhinya.
- Googenaugh : Kebudayaan mengacu pada
sistem pengetahuan dan kebudayaan yang diorganisasikan dimana orang0orang
menstrukturkan pengalamn dan persepsi mereka,
menformulasikanaktivitas-aktivitasnya, serta memilih diantara berbagai
alternatif.
- Keesing dan Keesing : Kebudayaan adalah
fenomena yang dapat diamati, yaitu pola-pola kehidupan didalam komunitas yang
berulang secara reguler serta pengaturan material dan sosial.
- Eugene A. Nida : Kebudayaan adalah
perilaku manusia yang diajarkan terusmenerus
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- J. Verkuyl : Kebudayaan sebagai sesuatu
yang diajarkan manusia dan segala sesuatu yang dibuat oleh manusia.
- Ki Hajar Dewantoro : Kebudayaan berarti buah
budi manusia yaitu hasil perjuangan manusia terhadap pengaruh kuat dari alam
dan zaman ( kodrat dan masyarakat ) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia
untuk mengatasi baerbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan
penghidupanya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.
- Robert H. Lowie : Kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh
individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma
aristik, kebiasaan makan serta keahlian yang diperoleh bukan dari
kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang didapat
melalui pendidikan formal atau informal.
- Koentjaraningrat : Kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
- Rafael R. Maran : Kebudayaan adalah cara khas manusia membangun alam
guna memebuhi keinginan-keinginan serta tujuan hidupnya, yang dilihat sebagai
proses humanisasi.
- Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi : mengatakan
bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
- Dan Herkoveits : Kebudayaan dari lingkungan hidup
yang diciptakan oleh manusia.
- William H. Haviland : Kebudayaan adalah
seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota
masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan
perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
Dari berbagai definisi
kebudayaan diatas terlihat bahwa masing-masing definisi tidak mampu mewakili
pengertian kebudayaan secara menyeluruh, namun dengan demikian, kebudayaan atau
budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non
material.
Terkait dengan hal ini,
koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan memiliki tiga wujud, yaitu :
1. Wujud
sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan
peraturan. Wujud tersebut bersifat abstrak.
2. Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat. Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut
tindakan dan kelakuan berpola dari manusia. Wujud ini bisa diobservasi, difoto
dan didokumentasikan karena tampak dalam bentuk perilaku dan bahasa pada saat
mereka berinteraksi dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
3. Wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini adalah hasil
karya cipta manusia yang bisa diraba dan bersifat konkret. Misal : candi
borobudur, kain batik, dan gedung-gedung bangunan.
ISI UTAMA
BUDAYA
Isi utama kebudayaan merupakan wujud
abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan didalam
masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk
atau berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi,
dan etos kebudayaan.
1. Sistem
Pengetahuan
Sistem
pengetahuan merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal
berusaha memahami: Alam sekitar, Alam flora di daerah tempat tinggal, Alam
fauna didaerah tempat tinggal, Zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam
lingkunganya, Tubuh manusia, Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia, Ruang
dan waktu.
Untuk memperoleh
pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan tiga cara, yaitu :
a) Melalui
pengalaman dalam kehidupan sosial
Berdasarkan
pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal/resmi (disekolah) maupun
dari pendidikan non formal (tidak resmi)
b) Melalui
petunjuk-petunjuk yang bersifat simbiolis yang sering disebut sebagai
komunikasi simboliks.
2. Nilai
Nilai
adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan
dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena
itu, sesuatu dikatakan nilai apabila memiliki unsur :
a. nilai
kebenaran (berguna dan berharga)
b. nilai
estetika (indah)
c. nilai
moral atau etis (baik)
d. nilai
agama (religius)
3. Pandangan
Hidup
Pandangan hidup merupakan
pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau mengatasi masalah
yang dihadapinya. Pandangan hidup disebut juga nilai-nilai yang dianut oleh
suatu masyarakat dengan dipilih secara selektif oleh individu, kelompok atau
bangsa karena pandangan hidup mengandung nilai kehidupan yang dicita-citakan
oleh suatu masyarakat.
4. Kepercayaan
Kepercayaan adalah
dimensi lain diluar diri dan lingkunganya yang dianggap mampu mengendalikan
hidup manusia`
5. Persepsi
Persepsi atau sudut
pandang adalah suatu titik tolak pemikiran yang digunakan untuk memahami suatu
gejala atau kejadian dalam kehidupan.
Persepsi terdiri atas :
a) Persepsi
sensorik, yaitu persepsi yang tidak menggunakan salah satu indra manusia.
b) Persepsi
telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain
c) Persepsi
clairvoyance, yaitu kemampuan melihat suatu kejadian jauh dari tempat orang
yang bersangkutan`
6. Etos
Kebudayaan
Etos berasal dari bahasa
Inggris yang berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku
masyarakat, misalnya kegemaran-kegemaran masyarakat, serta benda hasil cipta
karya dilihat dari luar oleh orang asing. Contohnya, kebudayaan Batak yang
dilihat oleh orang jawa, sebagai orang yang kasar, agresif, kurang sopan,
tegas, konsekuen, dan berbicara apa adanya, dan sebaliknya, kebudayaan orang
jawa yang dilihat dari orang batak, bahwa orang jawa memancarkan keselarasan,
kesuraman, ketenangan yang berlebihan, lamban, tingkah laku yang sukar ditebak,
gagasan yang berbelit-belit, feodal, serta diskriminasi terhadap tingkatan
sosial.
2.6 Sifat-sifat budaya
Sifat-sifat budaya pada dasarnya
memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan manusia tanpa
membedakanfaktor ras, lingkungan alam, atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki yang
berlaku umum bagi semua budaya dimanapun.
Sifat hakiki dari kebudayaan diantaranya
adalah :
1. Budaya
terwujud dan disalurkan dari perilaku manusia
2. Budaya
ada sebelu lahirnya generasi dan tidak akan mati sampai habisnya generasi yang
bersangkutan
3. Budaya
diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
4. Budaya
mencakup aturan-atura yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan
yang diterima atau ditolak, dilarang dan yang diizinkan
Selain yang tersebut
diatas, ada beberapa sifat-sifat kebudayaan yang terjadi karena :
a. Kebudayaan
beraneka ragam, hal ini terjadi karena :
1. Manusia
tidak memiliki struktur anatomi khusus pada tubuhnya
2. Lingkungan
geografis
3. Induk
bangsa
4. Kontak
budaya
5. Lingkungan
sosialnya
b. Kebudayaan
dapat diteruskan secara sosial dengan pelajaran, yaitu :
1. Secara
horisontal : kebudayaan diteruskan melalui generasi kesatu dangan generasi
selanjutnya secara lisan
2. Secara
vertikal : kebudayaan diteruskan melalui generasi yang berbeda dengan cara
tulisan atau literarur
c. Kebudayaan
dijabarkan dalam komponen-komponen : biologi, psikologi dan sosiologi.
Tiga komponen pembentuk pribadi, yaitu
hereditas diperoleh dari sifat orangtua, primary nature yaitu kodrat pertama
sejak dalam kandungan, secondary nature yaitu terbentuknya pribadi oleh
lingkungan
d. Kebudayaan
mempunyai struktur, ada tujuh unsur :
1. Sistem
religi dan upacara keagamaan
2. Sistem
organisasi kemasyarakatan
3. Sistem
pengetahuan
4. Sistem
mata pencarahian
5. Bahasa
6. Kesenian
7. Sistem
teknologi dan peralatan
e. Kebudayaan
mempunyai nilai (Cultural Value)
Kebudayaan ini bersifat relatif karena
penafsiran antara budaya yang berbeda-beda, misalnya budaya timur berdasarkan
kerohanian, perasaan, instuisi, pasif (diam) sedangkan budaya barat berdasarkan
akal, materi, bebas, kreatif, aktif.
f. Kebudayaan
mempunyai sifat statis dan dinamis
g. Kebudayaan
dapat dibagi dalam bermacam-macam aspek, yaitu :
1. Kebudayaan
rohani (spiritual)
2. Kebudayaan
kebendaan (material cultural)
3. Kebudayaan
darat (terra)
4. Kebudayaan
maritim (aqua culture)
5. Kebudayaan
daerah (kebudayaan suatu suku)
2 MANUSIA
SEBAGAI PENCIPTA KEBUDAYAAN
Kemampuan manusia dalam
mengatasi kompleksitas kebutuhan hidupnya karena manusia mempunyai :
1. Akal,
intelgensia dan instuisi
2. Perasaan
dan emosi
3. Kemauan
4. Fantasi
5. Perilaku
6. Eksternalisasi
7. Objektivasi
8. Internalisasi
2.7 Wujud Kebudayaan
Menurut J. J Honigmann (dalam
Koenjtaraningrat, 2000) membedakan adanya tiga ‘gejala kebudayaan’ : yaitu :
(1) ideas, (2) activities, dan (3) artifact, dan ini diperjelas oleh
Koenjtaraningrat yang mengistilahkannya dengan tiga wujud kebudayaan :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide,
gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Tiga wujud kebudayaan menurut dimensi wujudnya
:
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hiidup.
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hiidup.
2. Kompleks aktivitas Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diamati atau diobservasi, dan sering disebut sistem sosial.
3. Wujud sebagai benda Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya.Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya.kebudayaan dalam bentuk fisik yang kongkret bisa juga disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampai pada benda yang bergerak.
2.8 Orientasi Nilai Budaya
Menggunakan 5 masalah
pokok kehidupan manusia dalam sisitem nilai budaya :
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhohn dalam karyanya Variations in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia yaitu :
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhohn dalam karyanya Variations in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia yaitu :
1. Hakekat Hidup Manusia (MH)
2. Hakekat Karya Manusia (MK)
3. Hakekat Waktu Manusia (WM)
4. Hakekat Alam manusia (MA)
5. Hakekat Hubungan Manusia (MN)
2.9 Perubahan Kebudayaan
Faktor – faktor yang
mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru :
1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan
kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2. Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu
kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama, dan ajaran ini terjalin erat
dalam keseluruhan pranata yang ada, maka penerimaan unsur baru itu mengalami
hambatan dan harus disensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran
agama yang berlaku.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan
proses penerimaan kebudayaan baru, misal sistem otoriter akan sukar menerima
unsur kebudayaan baru.
4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada
unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan
yang baru.
5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang
terbatas dan dapat dengan mudah dibuktikkan kegunaanya oleh warga masyarakat
yang bersangkutan
Penyebab terjadinya gerak/ perubahan kebudayaan, yaitu :
• Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan
sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
• Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka
hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan
dengan masyarakat dan kebudayaan lain cenderung untuk berubah lebih cepat.
Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi. Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan terjadi dalam masa-masa silam.
Biasanya suatu masyarakat hidup bertetangga dengan masyarakat-masyarakat lainnya dan antara mereka terjadi hubungan-hubungan, mungkin dalam lapangan perdagangan, pemerintahan dan sebagainya.Pada saat itulah unsure-unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses migrasi besar-besaran, dahulu kala, mempermudah berlangsungnya akulturasi tersebut.
Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi. Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan terjadi dalam masa-masa silam.
Biasanya suatu masyarakat hidup bertetangga dengan masyarakat-masyarakat lainnya dan antara mereka terjadi hubungan-hubungan, mungkin dalam lapangan perdagangan, pemerintahan dan sebagainya.Pada saat itulah unsure-unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses migrasi besar-besaran, dahulu kala, mempermudah berlangsungnya akulturasi tersebut.
2.10 Hubungan manusia dan
kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang
sangat erat berkaitan satu sama lain. Manusia di alam dunia inimemegang peranan
yang unik, dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia
merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan
setiap kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk
yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yan g berbudaya dan
lain sebagainya.
2.11 Contoh hubungan manusia
dan kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah :
manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang
dilaksanakan manusia. Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?
Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena
itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi
sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul
manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan
pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih
cermat.
2.11 Pengertian Dialektis
Dialektika disini berasal dari dialog
komunikasi sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke hadapan publik. Kemudian
muncul tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi yang saling
bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap. Dari
fenomen dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan
sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis
yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian dari
keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan dan
pembatalan baik itu tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku lagi.
Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut
disimpan dan diangkat ke taraf yang lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam
tesis dan antitesis masih dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini
disebut sebagai aufgehoben.
Bentuk triadik dari dialektika Hegel yakni
tesis-antitesis-sintesis berangkat dari pemikir-pemikir sebelum Hegel. Antinomi
Kantian akan numena dan fenomena menimbulkan oposisi yang
tidak terselesaikan[1]. Kemudian Fichte dengan metode ”Teori
Pengetahuan”-nya tetap memunculkan pertentangan walaupun sudah melampaui
sedikit apa yang dijabarkan oleh Kant.
Dialektika sendiri sudah dikenal dalam
pemikiran Fichte. Bagi Fichte, seluruh isi dunia adalah sama dengan isi
kesadaran. Seluruh dunia itu diturunkan dari suatu asas yang tertinggi dengan
cara sebagai berikut: ”Aku” meng-ia-kan dirinya (tesis), yang mengakibatkan
adanya ”non-Aku” yang menghadapi ”Aku”. ”non Aku” inilah antitesis. Kemudian
sintesisnya adalah keduanya tidak lagi saling mengucilkan, artinya: kebenaran
keduanya itu dibatasi, atau berlakunya keduanya itu dibatasi. ”Aku” menempatkan
”non-Aku yang dapat dibagi-bagi” berhadapan dengan ”Aku yang dapat
dibagi-bagi”.
Dalam sistem filsafatnya, Hegel menyempurnakan
Fichte. Hegel memperdalam pengertian sintesis. Di dalam sintesis baik
tesis maupun antitesis bukan dibatasi (seperti pandangan Fichte),
melainkan aufgehoben. Kata Jerman ini mengandung tiga arti, yaitu:
a) mengesampingkan,
b) merawat, menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan dirawat dalam suatu kesatuan yang lebih tinggi dan dipelihara,
c) ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi, dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang saling mengucilkan. Tesis mengandung di dalam dirinya unsur positif dan negatif. Hanya saja di dalam tesis unsur positif ini lebih besar. Sebaliknya, antitesis memiliki unsur negatif yang lebih besar. Dalam sintesislah kedua unsur yang dimiliki tesis dan antitesis disatukan menjadi sebuah kesatuan yang lebih tinggi.
a) mengesampingkan,
b) merawat, menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan dirawat dalam suatu kesatuan yang lebih tinggi dan dipelihara,
c) ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi, dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang saling mengucilkan. Tesis mengandung di dalam dirinya unsur positif dan negatif. Hanya saja di dalam tesis unsur positif ini lebih besar. Sebaliknya, antitesis memiliki unsur negatif yang lebih besar. Dalam sintesislah kedua unsur yang dimiliki tesis dan antitesis disatukan menjadi sebuah kesatuan yang lebih tinggi.
Dialektika juga dimaksudkan sebagai cara
berpikir untuk memperoleh penyatuan (sintesis) dari dua hal yang saling
bertentangan (tesis versus antitesis). Dengan term aufgehoben, konsep
”ada” (tesis) dan konsep ”tidak ada” (antitesis) mendapatkan bentuk
penyatuannya dalam konsep ”menjadi” (sintesis). Di dalam konsep ”menjadi”,
terdapat konsep ”ada” dan ”tidak ada” sehingga konsep ”ada” atau ”tidak ada”
dinyatakan batal atau ditiadakan.
Dialektika menjadi sebuah perkembangan Yang
Absolut untuk bertemu dengan dirinya sendiri. Ide yang Absolut merupakan hasil
perkembangan. Konsep-konsep dan ide-ide bukanlah bayangan yang kaku melainkan
mengalir. Metode dialektika menjadi sebuah gerak untuk menciptakan kebaruan dan
perlawanan. Dengan tiga tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis setiap
ide-ide, konsep-konsep (tesis) berubah menjadi lawannya (antitesis).
Pertentangan ini ”diangkat” dalam satu tingkat yang lebih tinggi dan
menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis) kemudian menjadi tesis yang
menimbulkan antitesis lagi lalu sintesis lagi. Proses gerak yang dinamis ini
sampai akhirnya melahirkan suatu universalitas dari gejala-gejala. Itulah Yang
Absolut yang disebut Roh dalam filsafat Hegel.
Bagi Hegel, unsur pertentangan (antitesis)
tidak muncul setelah kita merefleksikannya tetapi pertentangan tersebut sudah
ada dalam perkara itu sendiri. Tiap tesis sudah memuat antitesis di dalamnya.
Antitesis terdapat di dalam tesis itu sendiri karena keduanya merupakan ide
yang berhubungan dengan hal yang lebih tinggi. Keduanya diangkat dan ditiadakan
(aufgehoben) dalam sintesis.
Kenyataan menjadi dua unsur bertentangan
namun muncul serentak. Hal ini tidak dapat diterima oleh Verstandyang
bekerja berdasakan skema-skema yang ada dalam menangani hal-hal yang
khusus. Vernunft-lah yang dapat memahami hal
ini. Vernunft melihat realitas dalam totalitasnya dan sanggup membuat
sintesis dari hal-hal yang bertentangan. Identifikasi sebagai realitas total
menjadi cara kerja Vernunft yang mengikuti prinsip dialektika.
Secara umum dapat kita lihat bahwa dialektika
Hegel memiliki tiga aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, sistem dialektika
ini berbentuk tripleks atau triadik. Kedua, dialektika ini bersifat ontologis
sebagai sebuah konsep. Aplikasinya adalah terhadap benda dan benduk dari ada
dan tidak sebatas pada konsep. Ketiga, dialektika Hegel memiliki tujuan akhir
(telos) di dalam konsep abstrak yang disebut Hegel sebagai Idea atau Idea
Absolut dan konkretnya pada Roh Absolut atau Roh (Spirit, Geist).
Terdapat tiga elemen esensial akan dialektika
Hegel. Pertama, berpikir itu memikirkan dalam dirinya untuk dan oleh dirinya
sendiri. Kedua, dialektika merupakan hasil berpikir terus menerus akan
kontradiksi. Ketiga, kesatuan kepastian akan kontradiksi tersublimasi di dalam
kesatuan. Itulah kodrat akan dirinya dialektika itu sendiri.
2.13 Tahap
proses dialektis
Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
1. Ekstemalisasi,
yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
2. Obyektivasi,
yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan
yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian
masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk
perilaku manusia.
3. Intemalisasi,
yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa
manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan
.baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengertian kebudayaan
tidak mudah untuk dirumuskan. Berbagai ahli memiliki pandangan yang tidak
selalu sama tentang kebudayaan. Keadaan ini tidak berarti kita akan sulit untuk
memahami apa itu kebudayaan, karena dari berbagai definisi yang ada ternyata
saling melengkapi antara satu dengan yang lain.
Manusia
sebagai makhluk hidup yang kompleks memiliki berbagai kemampuan dalam mengatasi
berbagai masalah yang dihadapinya. Kemampuan tersebut mencakup akal,
intelegensia, dan intuisi, ; perasaan dan emosi, kemauan, fantasi, serta
perilaku.
Kebudayaan
sifatnya dinamis, dimana selalu mengalami perubahan. Perubahan dapat bejalan
cepat maupun lambat. Terdapat berbagai sebab yang dapat melatarbelakangi
terjadinya perubahan kebudayaan diantaranya perubahan lingkungan alam,
perubahan karena kontak dengan kelompok lain, atau perubahan karena adanya
penemuan, fenomena menarik yang nampaknya semakin tidak dapat kita hindari di
era globalisasi dimana saling ketergantungan antar warga dunia semakin besar.
Manusia
memiliki keistimewaan akal dan budi yang tidak dimiliki oleh makhluk
hidup lainya. Keberadaan akal dan budi ini membuat manusia dapat mengembangkan
dirimenjadi lebih berbudaya, secara pemikiran dan batin.
Manusia
adalah makhluk yang lemah dan sangat tergantung pada oranglain dan kebudayaan
sekitarnya, pada saat ia lahir kedunia ini.
Proses
perkembangan kebudayaan tidak akan pernah berhenti seiring dengan terus
mengalirnya kebutuhan manusia sebagai pemilik kebudyaan tersebut. Dari konteks
ini, maka akan selalu ada yang dinamakan prose pembudyaan. Proses ini dapat
diperoleh melalui proses belajar. Lebih jauh, proses belajar
kebudayaan yang dilalui manusia dapat dilihat, diantaranya melalui proses
internalisai, sosialisasi, enkulturasi, atau akulturasi.
3.2 SARAN
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para mahasiswa universitas semarang pada umumnya.
Daftar
Pustaka
http://budayabasic.blogspot.com/2013/03/kepribadian-bangsa-timur_20.html
http://tonyhernandi10.blogspot.com/2012/10/ilmu-budaya-dasar-hakikat-manusia-dan.html
http://adityo93.blogspot.com/2012/06/kaitan-manusia-dan-kebudayaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar