Manusia dan Kegelisahannya
Disusun
Oleh :
NAMA
: Immanuel Charles V.M
KELAS
:1KA11
NPM
:13118282
KATA
PENGANTAR
Segala
puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi.
Makalah
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pandangan tentang hubungan manusia dengan
kegelisahan, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini
di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia terkadang pernah mengalami beberapa
permasalahan yang dapat membuat seseorang mengalami kegelisahan. Kegelisahan
berasal dari kata gelisah yang berartikan tidak tentram hatinya atau
cemas. Kegelisahan dapat diketahui melalui gejala tingkah laku atau gerak-gerik
seseorang dalam situasi tertentu.
Nyatanya banyak hal yang menyebabkan seseorang
menjadi gelisah. Diantaranya ada perasaan tidak tenang dan lain sebagainya.
Timbulnya rasa gelisah didalam diri manusia dapat disebabkan karena ada rasa
takut yang berlebihan karena takut kehilangan atas hak nya dan penyebab yang
lain nya.
Dalam menghilangkan perasaan gelisah, ada
beberapa cara yang perlu kita ketahui dalam mengatasi kegelisahan. Diantaranya
dengan bersikap tenang dan memerlukan sedikit pemikiran untuk intropeksi diri.
Apabila kita sudah mengetahui beberapa cara untuk mengatasi kegelisahan, maka
perasaan gelisah dapat dihilangkan atau diatasi. Sesuai dengan penjelasan
diatas, di dalam makalah ini akan lebih dibahas tentang hubungan manusia dan kegelisahan.
1.2 Rumusan Masalah
Ada beberapa masalah yang dapat di rumuskan dari latar belakang masalah
yaitu :
a) Bagaimana
hubungan manusia dengan kegelisahan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Kegelisahan
Kegelisahan
berasal dari kata “gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati
atau merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi
(menanti), cemas dan sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak
tentram hati maupun perbuatannya, artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau
takut dan jijik. Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan
bahwa manusia yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut.Manusia
suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan yang cukup
lama akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia.
Manusia
selama ini seringkali tenggelam dalam kegelisahan. Berbagai penyebab kegelisahan
telah menyita waktu dan perhatian manusia, dan sayangnya banyak yang tidak
menyadari betapa mengganggunya kegelisahan itu. Kegelisahan yang timbul dalam
diri kita sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam
pikiran kita melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya
perasaan keakuan dan melalui khayalan yang melambung serta kesalahan dalam
menilai setiap kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat melihat suatu
kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang
kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan khayalan liar yang
membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih. Kegelisahan adalah suatu
rasa tidak tenteram, tidak tenang, tidak sabar, rasa khawatir/cemas pada manusia.
Kegelisahan merupakan gejala universal yang ada pada manusia manapun. Namun
kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingakah laku atau gerak – gerik
seseorang dalam situasi tertentu. Jadi, kegelisahan merupakan sesuatu yang unik
sebagai manifestasi dari perasaan tidak tenteram, khawatir, ataupun cemas.
Kegelisahan
hanya dapat diketahui dari gejala tingkahlaku atau gerak gerik seseorang dalam
situasi tertentu. Gejala gerak gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari
biasanya, misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil
menundukkan kepala, duduk merenung sambil memegang kepala, duduk dengan wajah
murung,malas bicara, dan lain-lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari
kecemasan. Masalah kecemasan atau kagalisahan berkaitan juga dengan masalah
frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami
frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.
Hal ini
terjadi karena adanya keterbatasan manusia untuk dapat mengetahui hal-hal yang
akan datang atau yang belum terjadi. Hal ini terjadi misalnya karena adanya
suatu harapan, atau adanya ancaman. Manusia gelisah karena takut terhadap
dosa-dosa dan pelanggaran (yang telah dilakukan), takut terhadap hasil kerja
(tidak memenuhi kepuasan spiritual), takut akan kehilangan milik (harta dan
jabatan), atau takut menghadapi keadaan masa depan (yang tidak disukai).
Sedangkan sumber kegelisahan berasal dari dalam diri manusia (internal)
misalnya rasa lapar, haus, rasa sepi, dan dari luar diri manusia (eksternal)
misalnya kegelisahan karena diancam seseorang.
2.2 Pengertian Manusia
Pengertian Manusia Secara Umum
Manusia dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata dari bahasa
Anglo-Saxon), mann). Arti dasar dari kata ini tidak jelas tetapi pada dasarnya
dapat dikaitkan dengan mens (latin), yang berarti “ áda yang berpikir”.
Demikian halnya arti kata anthropos (Yunani) tidak begitu jelas. Semula
anthropos berarti “seseorang yang melihat ke atas”. Sekarang kata
ini dipakai untuk mengartikan “wajah manusia”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia manusia diartikan sebagai “makhluk
yang berakal budi” (mampu menguasai makhluk yang lain). Sedangkan menurut
Endang Saifuddin Anshari yang dikutip oleh. mahmud dan Tedi Priatna manusia
adalah hewan yang berfikir. Berfikir adalah bertanya. Bertanya adalah mencari
jawaban. Mencari jawaban adalah mencari kebenaran. Mencari jawaban tentang
Tuhan, alam, manusia, artinya mencari kebenaran tentang Tuhan, alam, dan
manusia. Jadi, pada akhirnya manusia adalah makhluk pencari kebenaran.
Berikut diuraikan pendapat para filosof Barat tentang pengertian manusia
ini sebagai berikut:
1.
Plato
memandang manusia pada hakikatnya sebagai suatu kesatuan pikiran, kehendak, dan
nafsu-nafsu;
2.
Aristoteles
memandang manusia sebagai makhluk rasional yang memiliki kesatuan organik
antara tubuh dan jasad;
3.
Sartre
mendefinisikan manusia sebagai “nol yang me-nol-kan” pour soi yang bukan
merupakan objek melainkan subjek, yang kodratnya bebas (Loren Bagus,
2000:266)
Jika dilihat dari segi biologis, hampir tidak dapat dibedakan antara
manusia dan hewan. Perbedaan terdapat pada sisi rohani yang dimiliki manusia,
dan akal budinya. Dengan akal inilah manusia melahirkan kebudayaan dan
peradaban. Dengan akalnya tersebut, manusia dapat berimajinasi dan memiliki
tujuan.
Socrates (470-399 SM) yang dikutip oleh Ahmad Tafsir mengatakan tentang
hakikat bahwa manusia adalah makhluk yang dalam dirinya tertanam jawaban
mengenai berbagai persoalan dunia. Manusia bertanya tentang dunia dan
masingmasing mempunyai jawaban tentang dunia. Lanjut Socrates, seringkali
manusia itu tidak menyadari bahwa dalam dirinya terpendam jawaban-jawaban bagi
persoalan yang dipertanyakannya. Oleh karena itu, perlu adanya bantuan orang
lain untuk mengemukakan jawaban-jawaban yang masih terpendam tersebut.
Diperlukan orang lain untuk melahirkan ide yang ada dalam manusia itu.
Dari kalangan pemikir abad moderen, pembahasan manusia dapat kita jumpai
oleh Dr. Alexis Carrel (peletak dasar ilmu humaniora Barat) yang dikutip oleh
Abuddin Nata mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang misterius. Kedudukan
manusia yang terpisah dari dirinya menyebabkan aspek kajian dunia luar manusia
lebih tinggi. Hal ini menunjukan bahwa, kajian tentang manusia secara
menyeluruh sulit untuk dipahami dan tidak pernah selesai untuk dikaji. Ketika
dari satu aspek selesai dipahami, maka akan timbul aspek lain yang belum
dibahas.
Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat didalam kegiatan
pendidikan dan pembelajaran. Dia dirawat, dijaga, dilatih, dan dididik oleh
orangtua, keluarga, dan masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan,
sampai kemudian terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan
hidupnya.
Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap melanjutkan kegiatan
pendidikan dalam rangka pematangan diri. Kematangan diri adalah kemampuan
menolong diri sendiri, orang lain, dan terutama menolong kelestarian alam agar
tetap berlangsung dalam ekosistemnya. Antara manusia dan pendidikan terjalin
hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena
pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang
manusiawi.
Dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran secara terus menerus,
manusia mendapatkan ilmu pengetahuan yang sarat dengan nilai kebenaran baik
yang universal-abstrak, teoritis, maupun praktis. Nilai kebenaran ini
selanjutnya mendorong terbentuknya sikap perilaku arif dan berkeadilan. Lebih
lanjut, dengan sikap dan perilaku tersebut, manusia membangun kebudayaan dan
peradabannya. Kebudayaan, baik yang material ataupun yang spiritual, adalah
upaya manusia untuk mengubah dan membangun keterhubungan berimbang baik secara
horizontal maupun vertikal (Suparlan).
Manusia merupakan makhluk sosial. Manusia disebut makhluk sosial karena
memiliki faktor-faktor sebagai berikut :
1.
Sifat
ketergantungan manusia dengan manusia lainnya;
2.
Sifat
adaptabiliti dan intelegensi.
2.3 Faktor Kegelisahan
1. Keterasingan
Keterasingan berasal dari kata terasing, dan kata ini berasal dari kata dasar
asing.
Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang.
Sehingga kata terasingkan berarti tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari
yang lain atau terpencil.
Jadi kata keterasingkan berarti hal – hal yang berkenakan dengan tersisihkan
dari pergaulan, terpencil atau terpisah dari yang lain.
2. Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lenggang, sehingga kata
kesepian berarti merasa sunyi atau lengang, tidak berteman.
Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian bagian hidup manusia.
Lama rasa sepi itu bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.
Kesepian itu akibat dari keterasingan.
Keterasingan dapat disebabkan dari sikap buruk seperti sombong, angkuh, keras
kepala, yang membuat manusia diasingkan oleh kehidupan sosialnya. Contohnya ada
peribahasa kacang lupa pada kulitnya,ketika sudah berada diatas angin,dia lupa
darimana berasal,bagaimana dia berusaha,siapa yang membantunya,itulah yang
membuat dia di jauhi oleh lingkungannya
3. Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu, tidak dapat
ditentukan, tanpa arah yang jelas atau tanpa usul-usul yang jelas.
Ketidakpastian adalah sebutan yang digunakan dengan berbagai cara disejumlah
bidang termaksud filosofi,fisika, statistika dan lain-lain nya.
Ketidakpastian
dapat mengakibatkan seseorang merasa gelisah,Contohnya ketika siswa menunggu
pengumuman kelulusan UN,siswa tersebut pasti merasa gelisah. Oleh karena itu,
untuk menyikapi ketidak pastian agar tidak menjadi kegelisahan yang
berlarut-larut kita harus senantiasa berpikir positif, introspeksi diri dan
mengambil pelajaran dari setiap yang kita lakukan, dan selalu melakukan yang
terbaik yang kita bisa.
2.4 Macam-Macam Kegelisahan
Tentang
perasaan kegelisahan ini, Sigmund Freud membedakannya menjadi tiga macam, yaitu
:
1. Kegelisahan Obyektif (Kenyataan)
Kegelisahan
ini mirip dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya
pengaruh dari luar atau lingkungan sekitar.
Contoh :
Tini seorang ibu muda, mempunyai anak berumur dua tahun, Tina namanya.
Tina tumbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan sangat akrab dengan ibunya. Hampir
seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina. Ia keluar kerja demi Tina, anak yang
baru seorang itu. Sekonyong-konyong Tina sakit ; muntah-muntah disertai buang
air. Tini bingung, anaknya segera dibawa kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus
dirawat di rumah sakit dan tidak boleh ditunggui. Tina menangis terus, tetapi
ibunya harus meninggalkannya. Tini gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib
anaknya. Pada contoh tersebut jelas bagi kita, bahwa kegelisahan yang
diderita oleh ibu Tini adalah karena adanya bahaya dari luar yang mengancam
anaknya.
2. Kegelisahan Neurotik (Saraf)
Kegelisahan
ini berhubungan dengan sistem syaraf. Syaraf-syaraf yang bekerja secara alami ketika tubuh merasa terancam atau mengetahui akan
ada suatu hal berbahaya yang akan terjadi. Tubuh tidak diperintahkan untuk
melakukannya. Singkatnya kegelisahan ini ditimbulkan oleh suatu pengamatan
tentang bahaya naluriah.
Contohnya:
Kegelisahan para peserta Indonesia
Mencari Bakat ketika akan mengetahui siapa
yang harus pulang pada malam mereka tampil dan kegelisahan murid-murid sekolah
ketika menunggu hasil ujian akhir.
3. Kegelisahan moral
Kegelisahan
ini mucul dari dalam diri sendiri. Sebagian besar karena rasa bersalah atau malu
dalam ego yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan bahaya dari hati nurani. Hal
ini timbul karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai hari nurani dan sadar
atau tidak mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang salah. Walaupun mereka
melakukan kejahatan, setiap orang pastilah tahu hal yang dilakukannya itu
adalah salah. Keadaan mungkin yang memaksa mereka melakukannya. Jadi, mereka
tetap mempunyai rasa bersalah dan mengalami kegelisahan moral itu. Contohnya:
Setelah terungkap permasalahan korupsi di tubuh KPU, banyak pihak yang terkait
merasa gelisah.
BAB III
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Hubungan Manusia Dengan Kegelisahan
Manusia
dalam hidupnya tidak lepas dari permasalahan. Manusia dalam hidupnya pasti pernah
mengalami kegelisahan. Gelisah tergolong penyakit batin, penyakit ini dapat
menyerang siapa saja, dari golongan apa, dan bangsa apapun. Bila
dibandingkan dengan rasa takut, daerah operasinya lebih luas. Sebab orang yang
pemberani, tak mungkin diserang oleh rasa takut. Atau orang yang mempunyai obat
penangkal takut juga tidak akan dijamahnya. Umpama orang yang pernah
mengerjakan perbuatan salah sudah pasti tidak akan takut untuk dituntut. Begitu
pula seorang yang kaya, pasti tidak akan takut kelaparan, dan sebagainya.
Tetapi walaupun benar, kaya, pandai, jujur, dan sebagainya pasti akan dilanda
perasaan gelisah.
Kegelisahan
merupakan rasa kekhawatiran yang ada dalam diri manusia, rasa ini disebabkan
karena kurang tentramnya jiwa seseorang tersebut, atau rasa tidak tenang (tidak
sabar) yang menyebabkan rasa gelisah ini mincul. Pada hakekatnya sebab-sebab
orang gelisah disebabkan karena rasa takut pada hak-haknya. Namun terlepas dari
itu usaha untuk mengatasi kegelisan sangatlah perlu. Yaitu dengan dimulai dari
diri kita sendiri, dengan bersikap tenang dan tidak terbawa pengaruh emosi
dalam jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang dapat kita kontrol untuk
terlepas dari rasa kegelisahan.
Kegelisahan
yang sering terjadi pada manusia adalah disaat seseorang pernah melakukan
sebuah perbuatan buruk. Hal ini lah yang membuat seseorang mengalami
kegelisahan. Hatinya tidak tenang, dia merasa cemas. Karena terlalu memikirkan
perbuatan buruk yang sudah dilakukannya. Akhirnya orang tersebut terlihat
murung, menyendiri dan merasa kesepian dan terasing.
Cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi dan mencegah kegelisahan
yaitu :
a. Dengan memerlukan sedikit pemikiran yaitu,
pertama kita menanyakan pada diri kita sendiri (instropeksi), akibat yang
paling buruk yang bagaimanakah yang akan kita tanggung atau yang akan terjadi,
mengapa hal itu terjadi, apa penyebabnya dan sebagainya.
b. Kita bersedia menerima sesuatu yang terjadi
pada diri kita dengan rasa tabah dan senang hati niscaya kecemasan tersebut
akan sirna dari jiwa kita. Bersamaan berjalannya waktu kita dapat mencoba untuk
memperkecil dan mengurangi keburukan-keburukan akibat timbulnya kecemasan
tersebut dalam jiwa kita.
c. Cara yang paling
ampuh untuk mengatasi kegelisahan adalah kita memasrahkan diri kepada Tuhan.
Kita pasrahkan nasib kita sepenuhnya kepada Tuhan karena Tuhan pasti memilihkan
jalan yang terbaik untuk hamba-Nya, jadi mengapa kita harus merasa gelisah jika
Tuhan melindungi hamba-Nya.
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari
uraian pembahasan mengenai MANUSIA dan KEGELISAHAN yang telah kami paparkan
pada bab terdahulu, maka kami dapat menyimpulkan bahwa kegelisahan merupakan
bagian hidup manusia. Tiap manusia, dengan tidak memperdulikan segala
latar belakang dan kemampuannya, pasti akan mengalami kegelisahan, entah
sebentar atau lama, relative ringan ataupun berat. Yang demikian ini boleh jadi
sangat wajar mengingat manusia mempunyai hati dan perasaan.
Berbicara
tentang manusia, berbicara pula tentang media tempat manusia hidup yaitu Dunia.
Untuk bisa memahami hakikat manusia maka harus pula memahami hakikat dunia dan
hakikat kehidupan manusia didunia. Pada dasarnya konsep mendiami dunia
mengandung arti pemenuhan kebutuhan atas aspek-aspek yang membentuk manusia.
Apabila manusia tidak bisa menjaga hakikat dirinya dan hakikat hidupnya maka
yang timbul adalah kegelisahan .sumber dari kegelisahan adalah hawa nafsu dan
sikap pamrih (tidak ikhlas). Kedua hal ini akan menyebabkan munculnya sikap
keserakahan dan konflik yang juga memunculkan ketakutan, kekecewaan, dan pada
akhirnya adalah kegelisahan.
Adapun
bentuk-bentuk kegelisahan berupa keterasingan, kesepian, dan ketidakpastian
mempunyai hubungan yang erat dan mempengaruhi satu sama lain. Keterasingan
dalam satu dan lain kesempatan bisa membuahkan kegelisahan. Dan sebaliknya,
kegelisahan yang begitu hebat bisa saja menimbulkan keterasingan. Kemudian dari
keterasingan yang dialami seseorang bisa saja menciptakan kondisi
kesepian dan karena kesepian itupun bisa saja menimbulkan ketidakpastian.
Keterasingan bisa jadi merupakan perilaku sosiopatik dan sikap apatis
yang tidak menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan tidak
bisa hidup sendiri. Untuk mengatasi kegelisahan yang dialami manusia, cara yang
paling ampuh adalah kita dituntut untuk bersifat qana’ah (berpikir positif)
kembalikan semuanya kepada Allah SWT dan selalu mengingat Dia.
4.2 Saran
Penulis bersedia menerima kritik dan saran
yang positif dari pembaca. Penulis akan menerima kritik dan saran tersebut
sebagai bahan pertimbangan yang memperbaiki makalah ini di kemudian hari.
Semoga makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan hasil yang lebih baik
lagi.